Antara Memang Teman Dan Cuma Teman

Apa yang lo lakukan waktu lo lagi ada masalah? Atau siapa yang pertama lo cari waktu lo lagi bener-bener pengen berbagi kebahagiaan? Ini adalah dua pertanyaan yang bisa menjawab tentang siapa teman lo yang sebenarnya.

Gue punya banyak teman, ada yang memang teman, ada yang cuma teman. Yang memang teman, adalah mereka yang selalu hafal tentang detai-detail kita, favorit dan ketidaksukaan kita kepada suatu hal, yang selalu mengerti arti tulisan kita meski typo, yang selalu mengerti apa yang biasanya dia pesan di kafe dan bahkan mengerti betul bagaimana tingkah laku dia ketika jatuh cinta. Teman itu tak harus selalu bisa mengobati kekesalan kita, tapi dia tahu siapa orang yang tepat untuk mengobati kekesalan kita. Teman itu adalah mereka yang paling merepotkan kita, tapi selalu ada ketika kita lagi butuh bantuan. Teman itu tak harus selalu mendukung, tapi juga mengkritik dan memberi saran membangun ketika dirasa itu perlu. 

Gue juga punya banyak orang yang cuma teman. Mereka yang cuma teman, adalah mereka yang tidak bisa dideskripsikan sama seperti di paragraf sebelumnya. Mereka yang ada ketika kita senang, tapi datang karena kesenangan kita saja. Yang cuma teman biasanya hanya tampak di media visual kita, berfoto selfie dengan kita, tapi tidak punya foto-foto kita di saat muka lagi jelek-jeleknya. Yang selalu menghargai ketika temennya lagi PDKT, pacaran bahkan sampai putus pun, itulah yang benar-benar teman.

Sudah tau perbedaan yang memang teman dan cuma teman? Gini aja, sebutin deh tiga teman pertama yang ada di benak lo. Itu bener-temen temen lo. Orang keempat, kelima dan keenam biasanya orang yang memang temen lo, tapi kontribusi pertemanan kalian tidak sedekat tiga teman pertama. Kontribusi pertemanan itu bergantung pada seberapa banyak pengalaman kalian menghadapi sesuatu bareng, beraktivitas bareng. Bahkan seberapa sering kalian sebel-sebelan pun termasuk salah satu indikator dalamnya suatu pertemanan. Mereka yang sering berantem bisa jadi pertemanan yang dalam karena mereka mampu mengadu ego hingga mereka berpikir untuk solusi ternyaman bagi suatu pertemanan.

Masih bingung? Pertemanan itu tidak dicari. Mereka akan datang sendiri, kemudian tanpa sengaja membentuk circle pertemanan dan menyatu di dalam kesepakatan-kesepakatan sosial kalian. Teman itu tak harus selalu ada, tapi lo yakin bahwa mereka ada.




1 comment: