Fotografi: Mengapa Lebih Baik Manual Setting

Fotografi yang berarti melukis cahaya memang menjadi salah satu hobi yang cukup populer di masyarakat. Setelah kamera analog, muncul kamera D-SLR (Digital Single-Lens Reflex) yang cukup memudahkan orang untuk belajar fotografi karena tidak harus memakai rol film dan jauh bisa mengambil gambar berkali-kali.

Setelah eksistensi kamera D-SLR, kini trend kamera mirrorless sudah mewabah. Teman-teman di sekitar pun juga turut meletakkan “Kamera Mirrorless” sebagai salah satu daftar barang yang ingin dibeli. Mirrorless yang kini hadir jauh lebih tipis dan ringan daripada kamera D-SLR semakin mempermudah orang untuk membawa kamera dan mempelajarinya. Tentu saja perkembangan teknologi mampu membuat efek gambar dari kamera mirroless terlihat luar biasa.

Fotografi ini tergolong seni karena si fotografer dengan medianya mampu menghadirkan ekspresi yang ingin ia tunjukkan kepada penikmat fotografi, tentu saja dengan interpretasi masing-masing. Rasanya ada yang kurang lengkap apabila fotografi ini menggunakan settingan auto yang terdapat di kamera. Fotografi sebagai seni melukis cahaya adalah tentang kemampuan si fotografer untuk mengukur cahaya, mengumpulkan mereka, mengatur komposisi objek dan melukiskannya dalam frame. Settingan Auto dalam kamera mungkin bisa mengajarkan tentang komposisi, tetapi tidak dengan hal melukiskan cahaya.


Saya sendiri memahami arti fotografi dalam cara yang sederhana, melukis objek dengan three gateway of light, yaitu Shutter Speed, Aperture dan ISO. Kemampuan pertama fotografi (selain menghidupkan kamera) adalah tentang metering. Kemampuan ini adalah kemampuan mengukur cahaya dan objek sehingga mampu menghasilkan warna yang diinginkan (entah itu normal, under atau over). Di Manual Setting kamera, kamu mengatur sendiri tentang metering ini sehingga gambar yang kamu hasilkan benar-benar gambar yang sesuai dengan settingan yang kamu bikin.


Kemampuan metering ini juga bergantung pada benda yang bergerak atau diam, benda yang dalam keadaan lowlight atau tidak, ekspresi objek, warna dan lain-lain. Metering memberi value atas ekspresi yang ingin kita sampaikan. Foto lowlight yang cenderung under misalnya bisa menunjukkan kekelaman, sendu, depresi, atau perasaan yang dalam.

Manual Setting yang ada di kamera memberikan kita otoritas untuk memaknai foto kita sendiri. Latihan ini juga sangat penting untuk pemula yang ingin belajar tentang fotografi. Mungkin lama kelamaan, ketika kamu melihat sebuah objek, kamu sudah bisa membayangkan berapa aperture, speed dan ISO yang kamu gunakan ketika sedang memegang sebuah kamera. Analoginya seperti seorang musisi yang bisa tahu kunci dan nada apa yang ada dalam sebuah lagu dengan hanya mendengarkannya.


Sekali lagi, fotografi adalah sebuah seni yang butuh terjemahan dari apa yang kamu ingin utarakan. Terjemahan itu bisa berbentuk metering¸komposisi atau apapun itu yang berkaitan dengan fotografi. Untuk itu, kurangilah penggunaan auto setting di kamera karena jelas membatasi terjemahan nilai yang ingin kamu sampaikan ke penikmat fotomu.

No comments:

Post a Comment