Native Ads, Solusi dari Iklan yang
Menyebalkan Akses internet yang semakin mudah dari hari ke hari membuat kita menjadi
terbiasa untuk mencari informasi, untuk kebutuhan apapun itu, dari internet.
Ada pergeseran media yang diakses masyarakat, dari koran cetak ke koran
elektronik. Di internet, anak-anak bisa mencari bahan untuk mengerjakan tugas
sekolahnya, anak kuliahan bisa mencari referensi untuk skripsinya, ibu-ibu bisa
mencari resep memasak, dan bapak-bapak bisa mencari soal perkembangan politik
yang ada. Kebutuhan untuk menggunakan internet seakan menjadi salah satu
kebutuhan primer manusia jaman sekarang.
![]() |
Source: innovation.media |
Kebutuhan internet ini kemudian
menjadi ladang bisnis tersendiri, baik untuk perusahaan maupun perseorangan.
Penempatan iklan di dalam situs yang mempunyai traffic yang tinggi adalah salah
satu peluang bisnis yang terjadi. Situs yang memiliki traffic tinggi biasanya
mempunyai lebih dari 1 adplacement. Namun, saking banyaknya iklan yang ada,
terkadang mengganggu pembaca situs tersebut. Display Ad atau Banner Ad, yang
menutupi konten dari situs tersebut membuat pembaca situs terasa “dipaksa”
untuk menyaksikan iklan tersebut. Bahkan, hal yang lebih mengganggu adalah
ketika iklan banner sulit untuk ditutup ketika kita ingin mengakses konten
situs. Fenomena iklan yang mengganggu ini, kemudian mendorong sebagian
pengiklan untuk beralih ke Native Advertising.
Native Advertising adalah sebuah
bentuk iklan yang menyesuaikan konten dan tata situs yang ada, sehingga hampir
berbentuk seperti konten situs itu sendiri. Native Ads ini mengarahkan konten
yang ditempatkan di situs media ke situs asli dari pengiklan. Native Advertising
ini sendiri umumnya ada di perangkat mobile. Jenis iklan ini sendiri memang
tidak mengganggu karena memang ditujukan untuk kenyamanan pembaca situs. Salah
satu yang diunggulkan di native advertising ini adalah konten native ad dibuat
dari perspektif pembaca, sehingga cukup mengangkat relevansi dan manfaat bagi
pembaca. Hal yang berbeda dari advertorial, karena advertorial ini sendiri
dibuat dari perspektif brand.
![]() |
Contoh Native Advertising (promoted) |
Beberapa situs media besar, seperti
Buzzfeed, Huffington Post dan Mashable sudah mulai menggunakan konsep native
ads ini sebagai area beriklan. Begitupun beberapa media di Indonesia sudah
mulai banyak yang bergeser ke konsep iklan rapi ini, meskipun juga masih
mengadaptasi display ads dan banner ads. Native Ads ini menjadi hal yang baik,
karena memperhatikan user engagement. Bayangkan saja, ketika ada banner ads,
pembaca berusaha untuk menutup iklan tersebut karena ingin membaca konten situs
daripada memperhatikan iklannya. Berbeda dengan native ads, pembaca situs
dibuat penasaran dengan headline yang ada, sehingga ada faktor internal diri
pembaca untuk mengakses iklan yang berlabel “promoted” atau “ads” tersebut.
Situs menjadi lebih rapi dan lebih nyaman dilihat.
Keberadaan Native Ads juga didukung
dengan meningkatnya kebutuhan akan UI (User Interface) dan UX (User
Experience). Kenyamanan dan pengalaman audiens menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan. Bahkan, kalau menyelisik tentang tren di internet sekarang ini,
minimalist dan feed yang rapi menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh netizen,
baik untuk sebuah situs web/blog hingga penggunaan instagram perorangan.
Tujuan iklan lebih efektif tercapai
dengan adanya Native Ads ini, yaitu memberi komunikasi yang baik antara
pengiklan dan audiens, tentu saja dengan pesan komunikasi yang lebih diterima.
Audiens menjadi tidak antipati dengan iklan yang ada, dan brand awareness dari
iklan tersebut lebih tinggi. Keberadaan Native Ads ke depannya akan berpeluang
lebih besar lagi. Migrasi dari iklan yang mengganggu ke iklan yang lebih
user-interface-friendly akan terjadi.
No comments:
Post a Comment