Baru-baru ini, Instagram
meluncurkan sebuah aplikasi tersendiri yang disebut IGTV. Untuk kamu yang belum
tau, IGTV ini adalah sebuah platform video vertikal milik Instagram, di mana
video bisa ditampilkan lebih lama (maksimal 1 jam). Berangkat dari IG Story, di
mana orang bisa mengupload video cerita mereka hingga 15 detik dalam bentuk vertical,
Instagram kini menjamah Content Creator yang ingin berkreasi lebih lama dengan
format vertikal ini.
source: businessinsider
Sebelumnya, mari kita lihat sekilas
bagaimana TV saat ini. Televisi, yang sudah merajai kanal multimedia, memang
masih ada sampai sekarang. Bahkan TV Kabel masih diminati oleh orang-orang. Tak
cuma itu, masyarakat Indonesia saja sebagian besar masih mengonsumsi televisi
seperti sinetron, infotainment dan lainnya. Televisi yang hadir dengan konsep
horizontal (memanjang) memang hadir pada awalnya untuk memberikan informasi.
Anehnya, kedatangan smartphone membuat habit
shifting yang cukup signifikan. Informasi kini lebih sering diakses melalui
media sosial, portal berita online dan semacamnya. Hampir selama mata kita
melek, kita berinteraksi dengan smartphone. Cara kita berteman pun dipengaruhi
tren digital, bagaimana kita follow-followan dengan teman di media sosial,
aktif memberikan komentar tentang postingan mereka dan juga story mereka. Pada
suatu titik, beberapa orang nyaris mengupdate keseharian mereka di Instagram
Story dalam bentuk visual statis maupun video, hingga bar di atas menunjukkan “titik-titik”.
Artinya story yang dibagikan sangat banyak.
Kita sudah mulai terbiasa dengan
format video lain selain landscape. Lagi-lagi Instagram memulainya dengan
format square, lalu dipelopori snapchat, Instagram pun mulai “ngegas” di format
video vertikal ala IG Storynya. Ah, ditambah lagi aplikasi terbarunya yaitu
IGTV. Namun, apa yang kemudian diharapkan dari IGTV?
source: techcrunch
Instagram mempopulerkan Content
Creator dan mengajak audiensnya untuk terus membuat konten yang relevan dan
mereka sukai. Bahkan tiap content creator punya kekhasan masing-masing dalam
apa yang diposting, seperti arsitektur, traveler, beauty, Black and White,
lifestyle, food dan lain sebagainya. Ambil saja contoh mereka yang berkreasi
dalam kategori makanan, istilah foodie mulai menjamur, bahkan di tiap kota
pasti ada akun Instagram Foodie. Mereka hanya memposting foto makanan dan akun-akun
yang mereka follow pun seputar makanan. Alhasil, tanpa kita sadari, feed kita
hanya ada dua jenis konten, yaitu relasi (teman/keluarga) dan tipe konten yang kita
sukai. Seorang yang punya minat di dunia traveling pastinya feednya akan banyak
tentang traveling. Akhirnya Content Creator mengajak kita untuk “Hey, Look at
Me” atau “Engage with Me”. Dengan
algoritma yang baru pun, Instagram lebih banyak memenuhi kebutuhan serta
keinginan kita. Bisa dibilang, Instagram mengajak kita untuk secara personal
tampil dengan hal-hal yang kita sukai saja.
IGTV tampil dengan format
vertikal ini bukan tanpa maksud. Selain karena audiens sudah terbiasa untuk
melihat video vertikal dari snapchat dan Instagram Story, ini adalah tentang
konten yang difokuskan. Apa yang dimaksud dengan istilah ini? Jika kita
berbicara tentang sebuah video horizontal, artinya kita berbicara pada cakupan
obyek yang cukup luas, di mana banyak unsur bisa ada dalam satu frame. Jika
kita merekam sebuah pertandingan sepakbola dengan format landscape, kita mampu
merekam pemain, supporter, lapangan, papan skor dan lain-lain. Apa yang
dihadirkan di format landscape adalah suasana.
Tampilan vertikal ini mengajak
para content creator untuk menonjolkan dirinya. Cakupan luasan yang sempit
dalam format vertikal, hanya mampu memfokuskan pada satu objek utama, artinya
si Content Creator itu sendiri. Instagram lagi-lagi menjadi wadah Content Creator
untuk mengembangkan dirinya.
Format satu jam ini juga punya
maksud tersendiri, begitu pun penamaan IGTV. Dengan peluncuran IGTV ini,
berarti ada unsur penggabungan antara TV Kabel, algoritma Instagram, konten
yang dipersonalisasi, dan self-center focus. Kenapa bisa dibilang begitu? Kita
bisa memilih sendiri paket channel yang ada pada TV Kabel, misal hanya untuk
film, pastinya kita memilih paket yang ada HBO, Fox, Cinemax dan lain
sebagainya. Artinya kita memilih segmen apa yang ingin kita tonton. Algoritma
Instagram juga memungkinkan kita untuk menampilkan mereka-mereka yang relevan
dengan keinginan kita. Begitupun dengan konten, yang ada di feed IGTVmu
hanyalah konten-konten yang kamu sukai (balik lagi konten hanya ada dua jenis;
relasi dan interest). Dengan format vertikal dan ruang lebih sempit, artinya
hanya ada rata-rata satu obyek utama yang difokuskan, yaitu si Content Creator/kontennya.
Channel yang bisa kita tonton di IGTV pun kurang lebih berisi konten-konten
yang relevan atau yang disukai oleh kita.
IGTV ini bisa disederhanakan
dengan bahasa “My Channel”, yang menampilkan diri si Content Creator dan
kontennya. Ini memungkinkan setiap Content Creator menjadi artis/host dalam
kanalnya sendiri. The king is Content Creator, the stage is Content Creator’s. Ini
yang diangkat di dalam IGTV oleh Instagram.
Masa depan IGTV akan bergantung
pada habit audiensnya. Jika orang-orang semakin self-center atau fokus ke
dirinya, semakin tinggi ke-aku-annya, maka IGTV ini akan berkembang pesat.
Setiap orang punya channel TVnya masing-masing. Mungkin mereka yang biasanya
menonton televisi, akan menjadi pembawa acaranya. Mereka yang terbiasa menjadi
obyek, akan menjadi subyek. Tak lama, serial film pendek bisa hadir di
Instagram, ataupun reality show tertentu. Jika dulu acara televise dan iklan
menjadi segmen yang dipisahkan, mungkin di IGTV nantinya si content creator
tersebut akan menyelipkan iklan di acaranya masing-masing. Lagi-lagi ini
prediksi atas sebuah aplikasi yang didasarkan pada trend dan insight yang ada
saat ini.
No comments:
Post a Comment